well, beberapa bulan lalu, setelah melewati masa2 UN SMA yang menegangkan, Alhamdulillah gua berhasil
masuk jadi salah satu keluarga universitas negeri di Padang, jurusan english department tahun 2014, kelas kependidikan 4,
yang singkatnya K4. pertama kali gua masuk K4, yang terpikir oleh gua adalah,
“will I be accepted in this totally strange place to me?”
ini pertama kalinya
gua merantau ke luar kota buat nuntut ilmu. pertama kalinya nginjek kota yang
bukan kota kelahiran gua. bersosialisasi dengan orang yang adat istiadat,
budaya dan bahasanya beda. yap, This is Padang city. the choice of my life.
pertama gua masuk, rasa seneng, kecewa, bahkan takut mixed
on my mind. gua seneng bakal punya keluarga baru, temen-temen baru yang bakal jadi
temen seperjuangan buat masterin english beberapa tahun kedepan. gua juga
ngerasa kecewa gara-gara boys dikelas ini Cuma 3 orang. see? bahkan jumlah satu
kelas itu 23 orang. sisanya? you don’t say. bahkan kalo di matematika-in ini
nyaris 1:8 . hm banget kan? gua sebagai cewe mah kecewa, banget. nggak tau deh yang lain.
haha. tapi, soal itu whatever-lah . yang paling kerasa ama gua itu rasa takut.
gua takut tempat baru ini bakal refuse kehadiran gua. apapun alasannya. mungkin
karena besar ditanah melayu, di Kepulauan Riau, Tanjungpinang-kecilnya. yang sangat ber-180-derajat bedanya dengan budaya
minang. gua lebih cenderung acuh tak acuh . but, that’s not mean orang melayu
sombong atau cuek ya. atau mungkin ini guanya aja yg begini. hahaha.
tapi bener kok, setelah beberapa bulan tinggal disini,
gua ngerasain perbedaan yang luar biasa antara Padang dan Tanjungpinang. well,
hal pertama yang gua pelajari banget itu, misalnya lu mau nanya sesuatu ketemen-temen
lu yang lagi pada ngumpul.
“eh, si anu kemana ya?”
as simple as that. Kalo lu ada di tanjungpinang,
siapapun yg ada disitu, walaupun gak tau si anu kemana, at least dia bakal
jawab “nggak tau” . simple kan? kita bakal dapat jawaban dari pertanyaan lebih
cepat. tapi, kalo lu ada di Padang, you might be not answered by them- at all!
. ga bakal dijawab. mereka nggak jawab karena mereka ngerasa itu pertanyaan
nggak ber-alamat. and there’s no need to them to answer it. paling enggak, kalo
lu mau nanya, sisipin nama orang yg lu tuju. gini misalnya,
“Ana, si anu kemana ya?”
jelas kan pertanyaan dituju buat siapa? well, that makes
sense. tapi kalo kita nggak tahu, kita bakal dikacangin. dicuekin. nggak apa
sih. tapi malunya?
hal lain yang gua pelajari adalah, lu sering ga denger
pertanyaan ini?
“Kamu mau kemana?”
yah, kalo di Tanjungpinang most people will answer “Tak
adee” . “darimana?”. “tak adee,” . Everything is nothing . no, doubt, I’ve been
like that before. hohoho. but, I definitely hardly no ever heard this kind of
answer in Padang. nggak pernah. kalau lu nanya orang sini mau kemana, darimana,
sama siapa, makan apa, dan segala jenis pertanyaan dengan jawaban yang
membutuhkan informasi didalamnya, they will answer it as sharp as a knife.
straight to the point. never say nothing. kecuali emang dia gak pengin ngasi
tau . haha . pas gua disini, gua terlatih banget buat jawab pertanyaan2 itu .
yah, logika sih, masa iya when someone asks you
“What do yo eat?”
will you be going to tell ‘nothing’ when your mouth is
chewing something? . hanya kamu yang tahu jawabannya.
yah, banyak hal lain yang gua dapat dari sisi ini. Gua
seneng bisa dapet pengalaman ini. banyak contoh besar, tapi contoh kecil yang
udah dipaparin diatas gua rasa cukup easy to be understood, I think. hihihi. yang
bisa gua simpulkan itu Tanjungpinang and Padang have their own awesomeness. Although,
both of them are simple and complicated but they are still meaningful, they
have purposes, they can not be unacceptable, cause they are right in different
ways. :)
(N.B: this writing is not SARA. sharing an experience
would open a close-minded person who just judges people depending on perception
and first impression)
July, 3rd 2015